Kamis, 18 Desember 2014

Cerita kehidupan

Renungan - Di sebuah perumahan terkenal di
jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang
ayah, sang ibu telah lama mendahuluinya pergi
sejak ia masih kecil. Seorang gadis yg akan di
wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang
sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa
tahun di bangku pendidikan.
Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah
showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada
sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford.
Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan,
nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan
membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin,
karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat
sayang padanya, sehingga dia sangat yakin nanti
dia pasti akan mendapatkan mobil itu.
Diapun ber'angan-angan mengendarai mobil itu,
bersenang-senang dengan teman-temannya.
Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke
teman-temannya, Saatnya pun tiba, siang itu,
setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.
Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air
mata karena terharu dia mengungkapkan betapa
dia bangga akan putrinya, dan betapa dia
mencintai anak itu. Lalu dia pun mengeluarkan
sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci!
Dengan hati yang hancur sang anak menerima
bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia
membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia
menemukan sebuah Jaket kulit Terkenal, di
belakangnya terukir indah namanya dengan sutra
emas.
Gadis itu menjadi marah, dengan suara yang
meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang
sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah,
ayah belikan jaket ini untukku?" Lalu dia
membuang Jaket itu dan lari meninggalkan
ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa,
hatinya hancur, dia hanya berdiri mematung, tak
tahu apa yg harus di lakukannya..
Tahun demi tahun berlalu
sang gadis telah menjadi seorang yang sukses.
Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia
berhasil menjadi seorang wanita karir. Dia
mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan
dikelilingi suami yang tampan dan anak yang
cerdas.
Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal
sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi
meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi
dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu
anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa
sayangnya pada anak itu. Sang anak pun kadang
rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi
mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya,
dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari
kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa
ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya
meninggal, dia mewariskan semua hartanya
kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh
menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke
rumah ayahnya untuk mengurus semua harta
peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah
itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih,
mengingat semua kenangan semasa dia tinggal
disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap
buruk terhadap ayahnya.
Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang
menari-nari di matanya, dia menelusuri semua
barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka
lemari pakaian ayahnya, dia menemukan Jaket itu,
masih terbungkus dengan kertas kado yang sama
beberapa tahun yang lalu.
Sesuatu jatuh dari bagian kantong Jaket itu. Dia
memungutnya.. sebuah kunci mobil! Di gantungan
kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama
dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan!
Dia merogoh kantong sebelahnya dan menemukan
sesuatu,, di situ terselip STNK dan surat-surat
lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah
kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari
sebelum hari wisuda itu.
Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia
menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu
selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah
sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-
tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil
sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.
Dengan buru-buru dia menghapus debu pada
jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian
dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus
jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada
sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum
bangga
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk
disamping mobil itu, ia menangis. air matanya
tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa
menyesalnya yang takan mungkin bisa terobati...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar